Setelah mendapat titah dari gurunya yakni Hadrotussyaikh hasyim Asy’ari. KH. Wahab Hasbulloh pun berangkat ke Hijaz bersama Kyai Dahlan Kertosono.
Sampai disana, beliau mencari teman untuk aksi negoisasi dengan raja saud. Tinggal kubu ulama sunni dan syiah.
Dengan anekdot (cerita singkat jenaka), KH. Wahab Hasbulloh mencoba menyatukan sunni syiah.
“Kalau bertemu, ulama nusantara itu cium tangan, lhoh kok disini cium pipi kanan pipi kiri?”
Salah seorang menjawab
“iya, sebab pipi kanan pipi kiri bertemu, kulit dengan kulit bertemu besok akan menjadi sakzi dihadapan Allah”.
“Oh ya.. ya.. ya…” jawab Yai Wahab, trus lanjut “kalau begitu apa bedanya bedanya dengan semut?, mereka juga cium pipi kanan pipi kiri ketika bertemu”. (Semua terdiam memerhatikan)
“Dulu, ketika Kapal Nabi Nuh berlayar, semua hewan juga dinaikkan ke kapal, kemudian jika mereka berkembang-biak ditakutkan akan menyebabkan kapal tenggelam.
Maka Nabi Nuh berkata, “wahai para binatang… tinggalkanlaah alat kelamin kalian di lemari kapal, setelah sampai bisa diambil kembali”.
Setelah sampai di daratan, kuda salah mengambil alat kelamin gajah. Karena itu alat kelaminnya besar. Sedangkan semut, malah lupa ngga ngambil dulu alat kelaminnya, setelah ditunggu lama ngga balik-balik si semut akhirnya alat kelaminnya dihanyutkan bersama lemari tersebut.
Sejak saat itu, semut selalu mencari alat kelaminnya, ketika bertemu teman sesama semut mereka bertanya, “udah ketemu belum alat kelaminmu” sambil bisik2.
Para hadirin-pun tertawa, dan membuat suasana menjadi cair serta mereka akhirnya kompak dan bisa diajak berunding untuk bernegoisasi kepada raja saud.
Tinggalkan komentar